RENUNGAN PAGI GMAHK
Jumat, 04 Desember 2020
Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.-–Wahyu 14: 13.
Babel yang besar itu telah menjadi peringatan di hadirat Allah, “untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murkaNya.” Hujan es batu yang besar, masing-masing beratnya “kira-kira seberat satu talenta” atau “seratus pon” melakukan penghancuran. (Why. 16: 19, 21). Kota-kota megah kebanggaan dunia diruntuhkan. Istana- istana para bangsawan, di mana orang-orang besar dunia telah memboroskan harta kekayaan mereka untuk memuliakan diri sendiri, hancur dan musnah di depan mata mereka. Tembok-tembok penjara rubuh berkeping-keping, dan umat Allah yang dipenjarakan oleh karena iman mereka dibebaskan.
Kuburan-kuburan terbuka, dan “banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal” (Dan. 12:2). Semua yang telah mati di dalam iman kepada pekabaran malaikat yang ketiga, yang akan keluar dari kuburan dengan dimuliakan, akan mendengar perjanjian damai Allah dengan mereka yang telah memelihara hukum-Nya. “Juga yang telah menikam Dia” (Why. 1: 7), mereka yang mengejek dan mencemoohkan derita kematian Kristus, dan penentang paling keras kebenaran-Nya dan umatNya, dibangkitkan untuk memandang Dia dalam kemuliaan-Nya, dan memandang penghormatan yang diberikan kepada mereka yang setia dan menurut.
Awan tebal masih menutupi langit, namun matahari kadang-kadang menembusinya, tampak bagaikan mata Yahwe yang penuh dendam. Kilat yang dahsyat memancar dari langit membungkus dunia ini dengan nyala api. Di atas gemuruhnya guntur dan suara-suara yang misterius dan mengerikan, diumumkanlah kebinasaan orang-orang fasik itu. Kata-kata yang diucapkan tidak dimengerti oleh semua orang, tetapi dimengerti dengan jelas oleh guru-guru palsu. Mereka yang sesaat sebelumnya begitu sembrono, begitu sombong dan membangkang, begitu bersuka dalam melakukan kekejaman kepada umat Allah yang memelihara hukum-Nya, sekarang dipenuhi dengan ketakutan dan gemetar dalam kengerian. Ratapan mereka terdengar mengatasi suara unsur-unsur bumi. Iblis mengakui Keilahian Kristus, dan gemetar di hadapan hadirat-Nya, sementara manusia memohon belas kasihan dan menyembah dalam ketakutan yang menyedihkan.
Nabi-nabi zaman dahulu berkata, sementara mereka memandang penglihatan kudus dari Allah, “Merataplah, sebab hari Tuhan sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa” (Yes. 13: 6). “Masuklah di sela gunung batu dan bersembunyilah di dalam liang tanah terhadap kedahsyatan Tuhan dan terhadap semarak kemegahan-Nya” (Yes. 2: 10).-–Alfa dan Omega, jld. 8, him. 672, 673.