RENUNGAN PAGI GMAHK
Senin, 07 Desember 2020
Mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.-–Matius 26: 64.
Suara yang menerusi telinga orang-orang mati, mereka kenal. Betapa sering mereka telah mendengar nada lembut suara itu memanggil mereka untuk bertobat. Betapa sering suara itu mereka dengar bagaikan bujukan seorang sahabat, seorang saudara, seorang Penebus. Kepada mereka yang menolak kasih karunia-Nya, tiada suara lain yang penuh dengan hukuman, yang penuh dengan celaan, dan pada suara yang sejak lama mengajak, “Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati?” (Yeh. 33: 11)…. Suara itu mempangunkan ingatan-ingatan yang mereka ingin hapuskan–amaran-amaran dibenci, undangan-undangan ditolak, kesempatan-kesempatan diremehkan.
Ada di antara mereka yang mengejek Kristus dalam kehinaan-Nya. Dengan kuasa yang menggetarkan datang kepada pikiran mereka, kata-kata Penderita, bilamana imam besar mendesak, Ia mengatakan dengan khidmat, “Mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit” (Mat. 26: 64). Sekarang mereka memandang Dia dalam kemuliaan-Nya, dan mereka masih akan melihat Dia duduk di sebelah kanan kekuasaan.
Mereka yang mencemoohkan pengakuan-Nya sebagai Anak Allah sekarang bungkam tidak bisa berkata-kata. Di situ ada Herodes yang angkuh, yang mengejek-Nya mengenai gelar kerajaan-Nya, dan yang memerintahkan serdadu-serdadu yang mengejek itu untuk memahkotai-Nya menjadi raja. Di sana ada orang-orang yang dengan tangannya yang cemar memakaikan jubah ungu kepada-Nya, mahkota duri ke atas kepala-Nya yang suci, dan pada tanganNya yang tak berdaya itu tongkat pura-pura, dan tunduk di hadapan-Nya dengan ejekan-ejekan hujat. Orang-orang yang memukul dan meludahi Raja kehidupan itu, sekarang berpaling dari pandangan-Nya yang tajam dan berusaha melarikan diri dari kemuliaan hadirat-Nya yang dahsyat itu. Mereka yang memaku tangan dan kaki-Nya, serdadu yang menusuk lambung-Nya, melihat bekasnya dengan ketakutan dan penyesalan yang dalam.
Dengan jelas para imam penguasa mengingat kembali peristiwa Golgota. Dengan ketakutan yang menggetarkan mereka mengingat bagaimana mereka dengan menggoyang-goyangkan kepala dengan ejekan kesetanan, berkata, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah, baiklah Allah menyelamatkan Dia, jika Allah berkenan kepada-Nya” (Mat. 27: 42, 43).-–Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 677, 678.