Peluang Investasi Emas – Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang signifikan sejak awal September menyebabkan harga komoditas emas anjlok. Pasalnya, pelaku pasar perlahan beralih ke dolar AS karena dinilai lebih menarik. Kuatnya mata uang Negeri Paman Sam ini disebabkan oleh kenaikan agresif suku bunga acuan Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed),

Kebijakan The Fed menyebabkan harga emas dunia berfluktuasi pada kisaran US$1.600 – US$1700 per troy ounce dalam 2 bulan terakhir. Begitu pula dengan harga beli emas Treasury di fitur Bareksa Emas yang turun menjadi sekitar Rp 823.000 per gram pada bulan September, dan kini harga belinya mulai naik menjadi Rp 859.000 per gram.

Jadi, menurut Tim Analis Bareksa, jika The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya di bulan November, maka harga emas berpotensi kembali melemah. Investor yang cerdas bisa memanfaatkan link slot gacor momentum pelemahan harga untuk berinvestasi emas. Saat ini suku bunga acuan AS berada pada kisaran 3-3,25%.

Di sisi lain, potensi penurunan suku bunga acuan AS pada akhir tahun 2022 juga akan mendukung penguatan nilai tukar rupiah, harga komoditas, serta kenaikan imbal hasil Obligasi Pemerintah Indonesia yang terbatas.

Meski pasar saham nasional yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis pada perdagangan kemarin, namun saham-saham sektor energi menguat dan menopang kinerja reksa dana saham dan reksa dana indeks berbasis komoditas.

Baca juga: Industri Perhiasan Emas Indonesia Disebut Punya Prospek Cerah, Benarkah?

Namun secara teknikal, menurut Tim Analis Bareksa, Smart Investor masih perlu mewaspadai aksi jual investor di pasar saham hingga akhir pekan ini.

IHSG pada Rabu (26/10/2022) turun 0,06% menjadi 7.043,94. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 26/10/2022 pukul 17.00 WIB), benchmark obligasi pemerintah tercatat turun 7,6%.

Apa yang bisa dilakukan oleh Investor Cerdas?

Di tengah potensi kenaikan suku bunga AS, Tim Analis Bareka menyarankan Investor Cerdas untuk menerapkan 3 langkah ini agar kinerja investasinya tetap optimal:

1. Selain mata uang dolar AS, emas juga bisa menjadi instrumen investasi yang secara umum dapat melawan inflasi. Investor yang cerdas dapat mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi investasi pada instrumen emas di fitur Bareksa Emas untuk menjaga kinerja portofolionya.

2. Dalam 2 hari terakhir, IHSG cenderung bergerak flat dengan sedikit pelemahan akibat menunggu laporan keuangan sejumlah emiten, serta rilis data-data penting perekonomian pada pekan depan. Investor yang cerdas bisa mencermati reksa dana saham dan reksa dana indeks, jika IHSG bisa kembali turun ke kisaran 6.800.

3. Smart Investor juga dapat mulai mempertimbangkan akumulasi bertahap pada reksa dana pendapatan tetap berbasis Surat Berharga Negara (SBN), karena benchmark imbal hasil Obligasi Negara saat ini masih stabil di kisaran 7,6%.

Beberapa produk reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana indeks, dan reksa dana indeks yang dapat menjadi pertimbangan Smart Investor dengan profil risiko moderat, agresif dan konservatif adalah sebagai berikut: